Sertifikasi: Mengapa Penting Bagi Pekerja Konstruksi Lokal?

Selama 3 tahun belakangan ini, permasalahan akan kurangnya penggunaan pekerja lokal dalam aktivitas konstruksi dan investasi di Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dari China masih menjadi salah satu perhatian utama. Perusahaan-perusahaan China selama ini dituduh bahwa mereka lebih senang membawa pekerja dari negara asalnya dibanding menggunakan pekerja lokal.
Namun, hal tersebut telah diklarifikasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kurangnya pekerja konstruksi yang terampil menjadi permasalah utama sulitnya perusahaan asal China dalam merekrut para pekerja lokal, dikutip dari thejakartapost.com.
Syarif Burhanuddin, Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR mengatakan bahwa Central Statistics Agency mencatatkan jumlah pekerja konstruksi sebanyak 8.13 juta orang tetapi hanya 7 persen atau sekitar 581,000 orang yang bersertifikat. Perbedaan yang besar ini bisa menimbulkan kecelakaan kerja dan lebih parah, hal tersebut dapat berdampak pada kualitas serta masa hidup operasional dari sebuah bangunan infrastruktur.
Perusahaan China telah memenangkan banyak proyek-proyek konstruksi dikarenakan kuatnya bantuan bank-bank China yang menawarkan pinjaman berbunga rendah. Tapi, mereka seringkali sangat kesulitan menemukan para pekerja lokal yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan perusahaan, terutama pada pekerjaan konstruksi di daerah-daerah terpencil. Akibatnya, mereka dipaksa untuk membawa para pekerja dari negara asal untuk mengawasi dan menjaga kualitas pekerjaannya dan untuk bisa mengikuti jadwal konstruksi yang padat.
Melihat bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia akan terus berjalan cepat untuk 5 tahun ke depan, kementerian perlu mengakselerasikan program sertifikasinya bagi para pekerja konstruksi melalui kerjasama dengan perusahaan konstruksi. Hal ini untuk memastikan bahwa pemerintah dapat mengejar ketertinggalan pada ketersediaan infrastruktur di Indonesia.