You are here

Kerugian akibat Kemacetan Jakarta Mencapai Rp87,8 Triliun pada 2020

by Sebastianus Epifany Monday, November 27, 2017 - 15:01

JAKARTA - Intelligent Transport System (ITS) Indonesia memperkirakan, jika tidak teratasi maka kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jakarta bakal mencapai USD6,5 miliar atau setara Rp87,8 triliun pada 2020 (kurs USD1 = Rp13.508). Nilai tersebut meningkat 6,5 kali lipat dibandingkan kerugian dampak macet di Ibu Kota pada 2010 lalu senilai USD1 miliar (Rp13,5 triliun).

Presiden ITS Indonesia Noni Purnomo mengungkapkan, kecepatan rata-rata kendaraan di Jakarta saat sibuk kini hanya 10 km per jam. Angka kecepatan itu telah menurun setiap tahunnya sejak 10 tahun lalu. "Kota Jakarta diprediksi mengalami kemacetan total pada 2022 apabila tidak ada langkah-langkah komprehensif dalam menata ekosistem transportasi perkotaan," kata Noni, seperti dilaporkan dari Sindonews.com ​(27/11/2017).

Noni mengakui berbagai upaya penanganan masalah-masalah transportasi memang telah dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha. Tapi dalam pandangannya, solusi yang dihadirkan tersebut masih bersifat adhoc dan sporadis sehingga masih belum dapat menjawab tantangan yang menyeluruh.

Pada Oktober lalu, Bappenas juga mengungkap kerugian akibat kemacetan Rp67 triliun per tahun. Pemprov DKI Jakarta mengidentifikasi kemacetan dipicu sejumlah persoalan seperti pembangunan infrastruktur dan terus bertambahnya jumlah kendaraan pribadi yang tidak sebanding dengan jumlah jalan, serta belum terintegrasinya antarmoda transportasi massal berikut dengan fasilitas pendukungnya.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Bidang Distribusi dan Logistik Kyat Maja Lookman mengatakan, kemacetan yang terjadi selama ini memang memberikan kontribusi besar terhadap operasional. Masalah tersebut mengakibatkan utilisasi kendaraan semakin rendah atau hanya rata-rata 50.000 kilometer per tahunnya.

"Karena itu, solusi harus ada. Memang kita akui infrastruktur adalah salah satunya. Lebih khusus penambahan jalan-jalan tol di Indonesia," ujarnya.

Dirinya menambahkan, selain jalan tol, sistem otomatisasi tol melalui penerapan kartu elektronik juga menekan angka kemacetan. Namun, yang ditekan masih hanya pada ruas-ruas yang tidak padat.

Share this article: