You are here

Mencari Titik Temu Melalui Perundingan Indonesia-EFTA

by Sebastianus Epifany Monday, January 15, 2018 - 14:42

JAKARTA - Perundingan Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-E CEPA) yang berlangsung di Jakarta pada 10-12 Januari 2018 telah selesai. Agenda penting pertemuan tersebut adalah mencari faktor pendorong untuk mendapat gambaran hasil perundingan kedua pihak.

Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, Perundingan I-E CEPA merupakan salah satu percepatan perundingan yang ditargetkan selesai di tahun 2018 untuk meningkatkan ekspor sekaligus menarik investasi masuk ke Indonesia.

Delegasi Indonesia dipimpin Duta Besar Soemadi DM Brotodiningrat, sedangkan Delegasi EFTA dipimpin Duta Besar Markus Schlagenhof.

"Pada Perundingan Intersesi I-E CEPA, kedua belah pihak mencari titik temu keseimbangan antara permintaan dan penawaran dengan mitra dagang. Isu-isu yang dirundingkan pada Perundingan Intersesi I-E CEPA tersebut, antara lain perdagangan barang, perdagangan jasa, ketentuan asal barang, bea cukai, dan fasilitasi perdagangan," jelas Soemadi seperti dilaporkan dari pressrelease.id (15/1/2018).

Walaupun merupakan pasar tradisional, namun pangsa pasar Indonesia di negara EFTA masih rendah (0,74%) dibandingkan misalnya Thailand (1,57%). “Oleh karena itu I-E CEPA diharapkan dapat mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke Swiss, Norwegia, Islandia dan Liechtenstein dan menarik investasi,” kata Direktur Perundingan Bilateral selaku Wakil Ketua Perunding Indonesia Made Marthini.

Pada tahun 2016, EFTA adalah tujuan ekspor nonmigas Indonesia urutan ke-15 dan asal impor nonmigas ke-19, dengan nilai masing-masing sebesar USD 2,3 miliar dan USD 1 miliar. Pada tahun yang sama, total perdagangan Indonesia dengan EFTA mencapai USD 3,3 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar USD 1,3 miliar. Selama lima tahun terakhir (2012-2016) tren perdagangan kedua ekonomi menunjukkan peningkatan sebesar 37,38%.

Share this article: